Senin, 11 Februari 2013

Islam“YES”, Partai Islam“NO”

Istilah (Islam “YES”, Partai Islam “NO”), mungkin sudah tak asing lagi dari pendengaran kita semua. Wacana ini mungkin telah lama bergaung. Di mana gagasan ini menjadi sebuah wacana yang sangat kontroversial, ketika Nurcholis Madjid atau yang akrab disapa Cak Nur menyatakan “Islam YES, Partai Islam NO”. Gagasan ini muncul secara bersamaan, ketika sebagian Masyarakat Islam memiliki keinginan untuk mendirikan partai yang berlabelkan Islam (Ideologi Partai). Mungkin disinilah kekontroversialan gagasan dari Nurcholis Madjid, yang mengundang amarah sebagian Masyarakat Islam di Indonesia pada umumnya.
Bagi saya, gagasan Cak Nur yang kontroversial ini mungkin disebabkan oleh sejarah pahit yang pernah tejadi di Benua Erofa pada abad pertengahan. Di mana agama di politisir demi kepentingan kelompoknya dan dijadikan sebuah alat untuk mencapai tujuannya, atau dalam istilah Amir Piliang adalah “Nilai – nilai Sakral yang Profankan”. Simbol – simbol Agama hanya dijadikan sebagai pemanis belaka. Hal inilah yang mungkin melatarbelakangi Cak Nur mengeluarkan gagasan seperti itu. Di mana agar sejarah pahit yang terjadi di Benua Erofa pada pertengahan abad itu tidak terjadi di Negeri Indonesia tercinta.