Mungkin bila kita disuguhkan sebuah pertanyaan oleh seseorang tentang pulau yang memiliki panorama dan keindahan alam yang sangat eksotik atau tentang kebudayaan yang masih tradisional. Tanpa melakukan proses berfikir yang lama, pastinya otak kanan kita akan tertuju kepada sebuah pulau yang di apit oleh dua pulau, antara Pulau Jawa dan Pulau Nusa Tenggara Barat. Pertanyaan yang secara langsung akan tertuju pada pulau yang dianggap sebagai titisan Dewa, atau dalam bahasanya Erfing Goffman ”interaksi yang tidak disertai oleh interpretasi atau filterisasi yang membuat individu itu tidak melakukan proses berfikir dalam memberikan feed back terhadap lawan interaksinya”. Proses ini tiada lain adalah bentukan yang dilakukan oleh para elit atas atau intelektual organik yang memiliki tujuan terselubung, dalam pandangannya Peter. L Berger ini disebut sebagai bagian dari konstruksi sosial.Semisal diera pemerintah kolonial Hindia Belanda, Bali dibentuk sebagai pulau yang Bali yang dikenal sebagai pulau yang harmonis, tentram, damai, apolitis dan sebagai pulau wisata yang penuh dengan romantisme tentang ''tradisi, seni, religi serta keteraturan sosial". Pencitraan ini mulai di publikasikan kepada masyarakat Bali sekitar tahun 1920 ketika kekuasaan kolonial Hindia Belanda berada di puncak tahta. Hal ini berbarengan dengan makin berkembang biaknya sifat Nasionalisme di kubu pemuda-pemudi Bangsa Indonesia (Robinson : 2005).
Kamis, 17 Mei 2012
Jangan Kau Perkosa Kampungku
Hari yang sangat cerah dan dibarengi oleh kebahagian yang muncul diraut wajah sebagian masyarakat Karangasem, khususnya kampung Kecicang Islam. Kebahagian ini muncul disebabkan oleh adanya sebuah kebijakan pembangunan jalan yang menghubungkan antara Desa Kecicang Islam dengan Kota Payo, yang dibangun ditengah – tengah bentangan sawah dengan panorama yang sangat indah. Pembangunan ini pun harus berakibat pada pemunculan berbagai anggapan positif dari sebagian masyarakakat Karangasem khususnya masyarakat Kampung Kecicang Islam kepada para elit atas. Semisal anggapan bahwa pemerintah daerah sekarang adalah pemerintah yang benar – benar berkeinginan membangun tanah kelahiran kita semua, atau pemerintah sekarang memang benar – benar berkeinginan untuk memajukan tanah kelahiran kita, salah satu contohnya adalah pemerintah kini sudah bisa mendatangkan beberapa orang investor untuk menanamkan sahamnya atau pemerintah kini telah memprioritaskan agenda kerjanya pada sebuah pembangunan. Tapi bagiku ini semua hanyalah sebuah utopis atau ilusi belaka.
Langganan:
Postingan (Atom)