Hari yang sangat cerah dan dibarengi oleh kebahagian yang muncul diraut wajah sebagian masyarakat Karangasem, khususnya kampung Kecicang Islam. Kebahagian ini muncul disebabkan oleh adanya sebuah kebijakan pembangunan jalan yang menghubungkan antara Desa Kecicang Islam dengan Kota Payo, yang dibangun ditengah – tengah bentangan sawah dengan panorama yang sangat indah. Pembangunan ini pun harus berakibat pada pemunculan berbagai anggapan positif dari sebagian masyarakakat Karangasem khususnya masyarakat Kampung Kecicang Islam kepada para elit atas. Semisal anggapan bahwa pemerintah daerah sekarang adalah pemerintah yang benar – benar berkeinginan membangun tanah kelahiran kita semua, atau pemerintah sekarang memang benar – benar berkeinginan untuk memajukan tanah kelahiran kita, salah satu contohnya adalah pemerintah kini sudah bisa mendatangkan beberapa orang investor untuk menanamkan sahamnya atau pemerintah kini telah memprioritaskan agenda kerjanya pada sebuah pembangunan. Tapi bagiku ini semua hanyalah sebuah utopis atau ilusi belaka.
Pembangunan jembatan ditengah bentangan sawah yang menghubungkan antara kampung kecicang islam dengan payo adalah sebuah fenomena yang sangat tragis bagi saya secara khususnya. Karena pembangunan ini semata – mata hanya akan merugikan masyarakat kecicang islam dan menguntungkan para elit – elit atas atau para investor saja. Semisal dampak negatif yang nantinya akan lahir dari pembangunan jembatan ini adalah sebagai berikut. Mungkin apabila kita analisa agenda dari pembangunan jembatan ini, maka kita akan melihat berapa banyak dampak yang akan ditimbulkannua. Semisal bila kita lihat dari perspektif sosiologis : pembangunan jembatan yang menghubungkan kampung kecicang islam dengan kota payo, akan memberikan dampak pada perubahan prilaku individu atau komunitas dalam melakukan sebuah aktivitas. Dan biasanya dampak ini lebih cepat menyerang atau menjalar pada semangat atau pola pikir generasi – generasi muda atau tunas – tunas penerus bangsa pada umumnya dan kampung kecicang islam pada khususnya. Semisal perubahan pola prilaku dalam gaya kehidupan individu, komunitas atau dalam bahasa gaulnya life style(begohan tingkah), ini tiada lain disebabkan oleh stimulus yang datang dari kota dan direspon cepat oleh masyarakat desa. Seperti aktivitas trek – trekan, mabuk – mabukan, semiran, memakai virgin (metumpes), dan lain – lainnya.
Max Weber, seorang sosiolog erofa mengatakan bahwa stimulus negara pusat (kota) sangat memberikan dampak yang cukup besar terhadap negara pinggiran (desa). Semua contoh diatas merupakan ciri khas masyarakat kota, tapi lambat laun prilaku itu akan menjadi sebuah hal yang biasa bagi kita semua, karena disebabkan oleh faktor mediasi dan komunikasi. Tak sampai disini dampak negatif yang terjadi akibat pembangunan jembatan. Setelah pembangunan jembatan ditengah bentangan sawah ini selesai, eksploitasi atau eksplorasi terhadap lingkungan pun lahir. Setelah terbentuknya jembatan yang menghubungkan kampung kecicang dan payo, besar kemungkinan bagi saya bentangan sawah dengan keeksotikan yang luar biasa ini berubah menjadi sebuah bangunan – bangunan tinggi yang dihuni oleh para investor luar. Semisal adanya mall, supermarket dan lain – lainnya. Sehingga hal ini akan berefek pada pemunculan sifat konsumerisme di benak masyarakat kecicang sendiri. Mungkin realita ini sudah dialami oleh pualu pelahir ulama – ulama di Indonesia. Suramadu adalah jembatan yang menghubungkan kota Surabaya dengan pulau Madura, yang dimana diera sekarang pemuda – pemuda Madura kian berubah dalam melakukan aktivitas, dan pola prilaku masyarakatnya. Hal ini tiada lain disebabkan oleh komunikasi yang cepat dengan masyarakat kota.
Dalam perspektif antropologi : ketika dampak – dampak dari perspektif sosiologi diatas sudah terealisasi, maka hal ini akan berkembang biak pada bidang antropologi atau kebudayaan. Salah satu dampak yang akan dilahirkan dalam agenda pemerintah ini adalah minimnya partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan budaya itu sendiri. Sehingga besar kemungkinan bagi saya, budaya atau cultur yang dulunya dilakukan dengan meriah, lama kelamaan akan terkikis sedikit demi sedikit. Sehingga kebudayaan yang dulunya memiliki sebuah symbol – symbol kebanggaan bagi kita semua, kini hanya menjadi sebuah kenangan belaka.
Dalam perspektif politik : pembangunan jembatan ini mungkin bagi kita semua adalah sebuah agenda untuk memajukan tanah kelahiran kita. Tapi anggapan itu salah bagiku, pembangunan jembatan ini adalah salah satu strategi yang dilakukan oleh elit atas untuk mencari keuntungan semata (baik keuntungan materiil atau inmateriil). Mungkin pembaca akan bertanya dalam benak sendiri...... Keuntungan apa yang didapat elit atas dari pembangunan ini????. Disini saya akan menjawab kebingungan para pembaca. Pertama : coba pembaca lihat basic awal pemimpin daerah kita, dia awalnya adalah seorang bisnisman yang bergerak dibidang kontraktor. Pembangunan adalah sebuah agenda atau makanan yang lezat dalam meraup keuntungan bagi para kontraktor – kontraktor. Tak Cuma dari sini saja keuntungan datang, setelah selesai pembangunan selesai, besar kemungkinan para investor berbondong – bondong menanamkan sahamnya didaerah kita. Sehingga ini akan memberikan keuntungan tersendiri bagi para jajaran elit atas sana.
Tulisan ini adalah hasil renungan dan kegelisahan saya melihat Bali secara umumnya dan karangasem secara khusunya yang mengalami berbagai perubahan, baik perubahan yang substansial maupun institusional. Tapi tulisan ini adalah hasil analisis saya, yang mungkin juga bisa salah sasaran. Tapi analisis ini memang sudah mengalami pembuktian didaerah – daerah lain. Semisal dijembatan suramadu yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Madura. tak ada kata yang mungkin saya ucapkan selain kata " jihad yang paling syar'i di era global ini ialah jihad melawan kapitalisme yang bersembunyi diberbagai bidang", buka pikiran dan otak kita dari hegemoni kapitalisme.
Dalam perspektif antropologi : ketika dampak – dampak dari perspektif sosiologi diatas sudah terealisasi, maka hal ini akan berkembang biak pada bidang antropologi atau kebudayaan. Salah satu dampak yang akan dilahirkan dalam agenda pemerintah ini adalah minimnya partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan budaya itu sendiri. Sehingga besar kemungkinan bagi saya, budaya atau cultur yang dulunya dilakukan dengan meriah, lama kelamaan akan terkikis sedikit demi sedikit. Sehingga kebudayaan yang dulunya memiliki sebuah symbol – symbol kebanggaan bagi kita semua, kini hanya menjadi sebuah kenangan belaka.
Dalam perspektif politik : pembangunan jembatan ini mungkin bagi kita semua adalah sebuah agenda untuk memajukan tanah kelahiran kita. Tapi anggapan itu salah bagiku, pembangunan jembatan ini adalah salah satu strategi yang dilakukan oleh elit atas untuk mencari keuntungan semata (baik keuntungan materiil atau inmateriil). Mungkin pembaca akan bertanya dalam benak sendiri...... Keuntungan apa yang didapat elit atas dari pembangunan ini????. Disini saya akan menjawab kebingungan para pembaca. Pertama : coba pembaca lihat basic awal pemimpin daerah kita, dia awalnya adalah seorang bisnisman yang bergerak dibidang kontraktor. Pembangunan adalah sebuah agenda atau makanan yang lezat dalam meraup keuntungan bagi para kontraktor – kontraktor. Tak Cuma dari sini saja keuntungan datang, setelah selesai pembangunan selesai, besar kemungkinan para investor berbondong – bondong menanamkan sahamnya didaerah kita. Sehingga ini akan memberikan keuntungan tersendiri bagi para jajaran elit atas sana.
Tulisan ini adalah hasil renungan dan kegelisahan saya melihat Bali secara umumnya dan karangasem secara khusunya yang mengalami berbagai perubahan, baik perubahan yang substansial maupun institusional. Tapi tulisan ini adalah hasil analisis saya, yang mungkin juga bisa salah sasaran. Tapi analisis ini memang sudah mengalami pembuktian didaerah – daerah lain. Semisal dijembatan suramadu yang menghubungkan Kota Surabaya dengan Madura. tak ada kata yang mungkin saya ucapkan selain kata " jihad yang paling syar'i di era global ini ialah jihad melawan kapitalisme yang bersembunyi diberbagai bidang", buka pikiran dan otak kita dari hegemoni kapitalisme.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar