Ini berawal dari keresahan saya melihat intelektual – intelektual cicang yang dengan merasa tidak berdosa mengklaim kafir dan bid’ah sesama muslim.
Dan realita yang saya alami ketika stempel kafir di lontarkan kepada saya, hanya dengan mengutip secuil pemikiran orang barat
Dan realita yang saya alami ketika stempel kafir di lontarkan kepada saya, hanya dengan mengutip secuil pemikiran orang barat
Perbedaan merupakan sebuah sunatullah yang tak bisa di hindari oleh seluruh umat manusia di muka bumi ini seperti dalam firman allah swt.“ perbedaan adalah sebuah hidayah dari illahi rabb ”. Perbedaan yang berbentuk atau menyangkut cultur (agama, ras, dan keyakinan), ideology atau pemikiran (marxisme, positivism, nasionalisme, islamisme, sosialisme, religiusisme dan bahkan atheism ). Perbedaan tak selamanya harus menimbulkan konflik antar individu, komunitas dan etnis yang memiliki pemikiran berbeda. Karena perbedaan hanyalah sebuah hidayah dari allah yang harus di jaga dan di lestarikan sehingga nanti memberi dampak positif kapada masyarakat, bangsa dan Negara. Seperti halnya tindakan yang pernah di jalankan oleh rasulallah saw.dalam membangun kota Madinah yang dihuni oleh berbagai kalangan( ras, agama dan komunitas) yang berbeda. Dan rasul pun tidak pernah mengucilkan atau membentuk undang – undang yang mendiskriminasikan orang – orang yang secara nyata memiliki pandangan berbeda (keyakinan, agama dan ras) dengan rasul. Dan hal ini pun ditiru oleh sahabat nabi “Umar Bin Khattab” dalam merealisasikan perdamaian bangsa dan Negara.
Tapi berbeda dengan fenomena yang terjadi disekarang ini, pengkafiran dan pembid’ahan semakin merajalela di Negara ini khususnya kampung tercinta saya (Cicang Islam). Sebelum tumbangnya orde baru, berbagai pemahaman dan pemikiran dilarang masuk ke Negara ini, tapi setelah tumbangnya rezim soeharto pemahaman dan pemikiran semakin bermetamorfosis. Cicang islam salah satu desa yang menjadi korban dari maraknya berbagai pemikiran dan pemahaman. Pengkafiran dan pembid’ahan sesama muslim marak terjadi, seperti halnya pengklaiman terhadap saya yang di anggap kafir atau liberal karena hanya mengutip secuil dari pemikiran barat, pembid’ahan terhadap cultur-cultur yang sudah menjadi kebiasaan orang – orang kampung saya dan mengangap dirinya yang paling benar dan orang lain salah. Timbul pertanyaan dalam benak saya “ lalu siapakah yang benar di zaman ini dan apakah ajaran itu yang dikatakan dengan islam rahmatan lil alamin, yang berani mencap seseorang tanpa data dan refrensi yang valid?.....”
Mengutip pemikiran hegel “didunia ini tidak ada sebuah kebenaran yang hakiki atau absolute, yang ada hanyalah kebenaran – kebenaran yang tertunda dan allah swt.lah yang memiliki kebenaran hakiki atau absolute itu” sehingga tak pantaslah manusia mencap seseorang kafir atau bid’ah. Karena islam tidak pernah mengajarkan pengklaiman dengan mengunakan embel – embel bid’ah dan kafir terhadap seseorang, apalagi dengan sesame muslim sendiri. Islam rahmatan lil alamin adalah islam yang mengedepan kan perdamaian, moderat, toleransi dan tasawut dengan bersumber pada al-qur’an dan al-hadits. Melihat dari gerakan – gerakan yang di lakukan oleh penganut islam fundamental ( konservatif ). Gerakan yang ia perlihatkan sama sekali tidak mencerminkan gerakan islam rahmatan lil alamin ( perdamaian, moderat, toleransi dan tasawut ). Memahami atau menafsirkan islam, al-qur’an dan al- hadits secara pragmatis, menimbulkan sebuah ke monotonan dalam berfikir. Oleh karena itu kita sebagai intelektual atau ulil albab harus memiliki daya filter atau daya saring terhadap sumber - sumber islam ( al-qur’an, al-hadits dan ijma ) itu dalam segi penafsiran.
Mengutip perbincangan Qurai Shihab dengan gurunya ketika di kairo. Qurai Shihab mengajukan beberapa pertanyaan kepada gurunya.
Qurai shihab : wahai guru apakah zaman itu mengikuti agama ( islam ) atau agama (islam) yang mengikuti zaman.
Sang guru : anakku, agama ( islam ) tidak akan pernah mengikuti sebuah zaman, tapi zaman akan selalu dan selamanya akan mengikuti panduan dari agama ( islam).
Qurai shihab : tapi lihat realita sekarang guru, dimana agama ( islam ) sudah mengikuti sebuah kemajuan zaman.
Sang guru : tidak anakku, agama ( islam ) tidak akan pernah mengikuti sebuah ke majuan zaman, tapi zaman akan selalu dan selamanya akan mengikuti panduan dari agama (islam ), dan masalah realita yang tadi anda katakan memang agama ( islam ) kelihatannya mengikuti kemajuan zaman, tapi itu hanya dari segi penafsiran saja anakku. Sudah pahamkah anakku.
Qurai shihab : berarti agama ( islam ) tidak akan pernah mengikuti sebuah ke majuan zaman, yang mengikuti zaman hanyalah sebuah penafsiran dari islam itu sendiri.
Sang guru : bener anakku.
Dari perbincangan di atas kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa hal – hal yang berbau modern (tidak keluar dari konteks islam) di zaman sekarang adalah bukan merupakan larangan. Sehingga ketika gerakan – gerakan fundamental ( konservatif ) mengatakan hal – hal seperti itu bid’ah, pernyataan yang ia lontarkan memang salah. Mungkin ini merupakan efek dari kemonotonan berfikir atau kesesatan dalam berfikir. Mengutip pernyataan dari ahmad wahib “ saya sangat tidak setuju akan cara – cara orang –orang menafsirkan ayat-ayat al-qur’an . saya yakin bahwa asbabun nuzul atau semangat zaman waktu turunnya ayat itu kurang dilihat. Sungguh saya benci pada pemerkosaan ayat-ayat al-qur’an dan lafadz- lafadz hadits sekarang ini dalam pemakaian maupun penafsiran. Dan saya juga malah berpendapat bahwa andaikata nabi Muhammad datang lagi ke dunia sekarang, menyaksikan bagian-bagian yang modern dan yang belum serta melihat pikiran-pikiran manusia yang ada, saya berkepastian bahwa banyak di antara hadits-hadits nabi yang sekarang ini umumnya di fahami secara telanjang oleh pengikut-pengikutnya, akan dicabut oleh nabi dan di ganti dengan hadits-hadits yang baru ”.
Dari pemaparan di atas, sebenarnya kita bisa mengevaluasi diri kita bahwa prilaku – prilaku yang di tonjol kan oleh actor – actor ini sama seperti prilaku yang yang di aplikasikan amerika serikat terhadap Negara –Negara lain. Orang –orang yang keras kepala, mau menang sendiri atau mengklaim dirinya sebagai pemegang otoritas tuhan di kalangan agama, arogansi atas nama agama dan mau menang sendiri seperti dia. Sehingga hal – hal seperti inilah yang bisa melahirkan kaum-kaum fanatic dan kaum – kaum yang mengkafirkan dan membid’ah - bid’ahkan antar sesame umat muslim, membentuk perpecahan antar golongan dan memecah belah umat islam sendiri, sehingga pertumpahan darah pun akan terjadi seperti halnya pembunuhan yang terjadi di Negara – Negara timur tengah semisal pembunuhan yang dilakukan oleh golongan wahabbi terhadap jamaah haji Syria, najrd dan mesir, pengusuran makam – makam sahabat nabi dan tempat – tempat peninggalan nabi Muhammad saw.
Mudah – mudahan perbedaan yang di alami oleh intelektual – intelektual islam cicang tidak sampai menimbulkan konflik seperti history pahit yang di alami oleh Negara – Negara timur tengah, dan dari sebuah perbedaan – perbedaan ini nantinya bisa melahirkan sebuah solidaritas ( saling memperdulikan sesama dan saling mentoleransi antara beragama ) atau rasa kepemilikan terhadap desa, budaya dan Negara, dan mudah – mudahan dari perbedaan – perbadaan ini kita bisa mengenali diri kita sendiri, sebelum mengenal dan menilai orang lain. Sehingga tidak ada lagi pencapan kafir atau bid’ah sesama muslim. Inilah sebuah refleksi positif dalam menyikapi kehidupan.
Mahasiswa UMM dan aktiv di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan AKRAB (asosiasi mahasiswa krama Bali).
Tapi berbeda dengan fenomena yang terjadi disekarang ini, pengkafiran dan pembid’ahan semakin merajalela di Negara ini khususnya kampung tercinta saya (Cicang Islam). Sebelum tumbangnya orde baru, berbagai pemahaman dan pemikiran dilarang masuk ke Negara ini, tapi setelah tumbangnya rezim soeharto pemahaman dan pemikiran semakin bermetamorfosis. Cicang islam salah satu desa yang menjadi korban dari maraknya berbagai pemikiran dan pemahaman. Pengkafiran dan pembid’ahan sesama muslim marak terjadi, seperti halnya pengklaiman terhadap saya yang di anggap kafir atau liberal karena hanya mengutip secuil dari pemikiran barat, pembid’ahan terhadap cultur-cultur yang sudah menjadi kebiasaan orang – orang kampung saya dan mengangap dirinya yang paling benar dan orang lain salah. Timbul pertanyaan dalam benak saya “ lalu siapakah yang benar di zaman ini dan apakah ajaran itu yang dikatakan dengan islam rahmatan lil alamin, yang berani mencap seseorang tanpa data dan refrensi yang valid?.....”
Mengutip pemikiran hegel “didunia ini tidak ada sebuah kebenaran yang hakiki atau absolute, yang ada hanyalah kebenaran – kebenaran yang tertunda dan allah swt.lah yang memiliki kebenaran hakiki atau absolute itu” sehingga tak pantaslah manusia mencap seseorang kafir atau bid’ah. Karena islam tidak pernah mengajarkan pengklaiman dengan mengunakan embel – embel bid’ah dan kafir terhadap seseorang, apalagi dengan sesame muslim sendiri. Islam rahmatan lil alamin adalah islam yang mengedepan kan perdamaian, moderat, toleransi dan tasawut dengan bersumber pada al-qur’an dan al-hadits. Melihat dari gerakan – gerakan yang di lakukan oleh penganut islam fundamental ( konservatif ). Gerakan yang ia perlihatkan sama sekali tidak mencerminkan gerakan islam rahmatan lil alamin ( perdamaian, moderat, toleransi dan tasawut ). Memahami atau menafsirkan islam, al-qur’an dan al- hadits secara pragmatis, menimbulkan sebuah ke monotonan dalam berfikir. Oleh karena itu kita sebagai intelektual atau ulil albab harus memiliki daya filter atau daya saring terhadap sumber - sumber islam ( al-qur’an, al-hadits dan ijma ) itu dalam segi penafsiran.
Mengutip perbincangan Qurai Shihab dengan gurunya ketika di kairo. Qurai Shihab mengajukan beberapa pertanyaan kepada gurunya.
Qurai shihab : wahai guru apakah zaman itu mengikuti agama ( islam ) atau agama (islam) yang mengikuti zaman.
Sang guru : anakku, agama ( islam ) tidak akan pernah mengikuti sebuah zaman, tapi zaman akan selalu dan selamanya akan mengikuti panduan dari agama ( islam).
Qurai shihab : tapi lihat realita sekarang guru, dimana agama ( islam ) sudah mengikuti sebuah kemajuan zaman.
Sang guru : tidak anakku, agama ( islam ) tidak akan pernah mengikuti sebuah ke majuan zaman, tapi zaman akan selalu dan selamanya akan mengikuti panduan dari agama (islam ), dan masalah realita yang tadi anda katakan memang agama ( islam ) kelihatannya mengikuti kemajuan zaman, tapi itu hanya dari segi penafsiran saja anakku. Sudah pahamkah anakku.
Qurai shihab : berarti agama ( islam ) tidak akan pernah mengikuti sebuah ke majuan zaman, yang mengikuti zaman hanyalah sebuah penafsiran dari islam itu sendiri.
Sang guru : bener anakku.
Dari perbincangan di atas kita bisa mengambil sebuah kesimpulan bahwa hal – hal yang berbau modern (tidak keluar dari konteks islam) di zaman sekarang adalah bukan merupakan larangan. Sehingga ketika gerakan – gerakan fundamental ( konservatif ) mengatakan hal – hal seperti itu bid’ah, pernyataan yang ia lontarkan memang salah. Mungkin ini merupakan efek dari kemonotonan berfikir atau kesesatan dalam berfikir. Mengutip pernyataan dari ahmad wahib “ saya sangat tidak setuju akan cara – cara orang –orang menafsirkan ayat-ayat al-qur’an . saya yakin bahwa asbabun nuzul atau semangat zaman waktu turunnya ayat itu kurang dilihat. Sungguh saya benci pada pemerkosaan ayat-ayat al-qur’an dan lafadz- lafadz hadits sekarang ini dalam pemakaian maupun penafsiran. Dan saya juga malah berpendapat bahwa andaikata nabi Muhammad datang lagi ke dunia sekarang, menyaksikan bagian-bagian yang modern dan yang belum serta melihat pikiran-pikiran manusia yang ada, saya berkepastian bahwa banyak di antara hadits-hadits nabi yang sekarang ini umumnya di fahami secara telanjang oleh pengikut-pengikutnya, akan dicabut oleh nabi dan di ganti dengan hadits-hadits yang baru ”.
Dari pemaparan di atas, sebenarnya kita bisa mengevaluasi diri kita bahwa prilaku – prilaku yang di tonjol kan oleh actor – actor ini sama seperti prilaku yang yang di aplikasikan amerika serikat terhadap Negara –Negara lain. Orang –orang yang keras kepala, mau menang sendiri atau mengklaim dirinya sebagai pemegang otoritas tuhan di kalangan agama, arogansi atas nama agama dan mau menang sendiri seperti dia. Sehingga hal – hal seperti inilah yang bisa melahirkan kaum-kaum fanatic dan kaum – kaum yang mengkafirkan dan membid’ah - bid’ahkan antar sesame umat muslim, membentuk perpecahan antar golongan dan memecah belah umat islam sendiri, sehingga pertumpahan darah pun akan terjadi seperti halnya pembunuhan yang terjadi di Negara – Negara timur tengah semisal pembunuhan yang dilakukan oleh golongan wahabbi terhadap jamaah haji Syria, najrd dan mesir, pengusuran makam – makam sahabat nabi dan tempat – tempat peninggalan nabi Muhammad saw.
Mudah – mudahan perbedaan yang di alami oleh intelektual – intelektual islam cicang tidak sampai menimbulkan konflik seperti history pahit yang di alami oleh Negara – Negara timur tengah, dan dari sebuah perbedaan – perbedaan ini nantinya bisa melahirkan sebuah solidaritas ( saling memperdulikan sesama dan saling mentoleransi antara beragama ) atau rasa kepemilikan terhadap desa, budaya dan Negara, dan mudah – mudahan dari perbedaan – perbadaan ini kita bisa mengenali diri kita sendiri, sebelum mengenal dan menilai orang lain. Sehingga tidak ada lagi pencapan kafir atau bid’ah sesama muslim. Inilah sebuah refleksi positif dalam menyikapi kehidupan.
Mahasiswa UMM dan aktiv di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan AKRAB (asosiasi mahasiswa krama Bali).
yang mengkafirkan antum siapa?? tulisan antum bagus akh kembangkan
BalasHapusidentitas yang mengkafirkan ku ng prlu di perjelas sahabt,hal ini hanya melhirkan konflik berkepanjangan ja...
BalasHapusthanks dh comment sahabt,mudah2n commentnya bisa dijadikan refrensi buat q intropeksi dalm tulisan q,,,
inilah zaman genaerasi yang tak lagi menganggap perbedaan adalah suatu rahmat nmn lebih menonjolkan kepintaran dan kehebatan berargumen sehingga mereka para takfir dan takbid tak lagi merasa saling memiliki(menyamo berayo) melainkan lebih menganggap sebuah tradisi adalah sebuah jalan kesesatan tanpa mau melihat makna dan hikmah yg ada didalamnya sehingga timbul suatu generasi dimana silaturrahim bkn lagi merupakan milik masyarakat melainkan milik sebuah gol yg menganggap pengetahuan dan ilmunya saja yg benar yg lain sesat...fanatik buta awal dr kehancuran!!!!!!
BalasHapussepakat dengan argum yang anda katakan, ke fanatikan hanya akan melahirkan bandit-bandit yg bisa menghancurkan sebuah tatanan sosial yang sudah lama di lestarikan n di aplikasikan...
BalasHapuske fanatikan kaum-kaum fundamental seharusnya di cut...
ALLAH selalu bersama orang'' yang benar
BalasHapus